Kita semua barangkali sangat akrab dengan kutipan bijak yang bunyinya seperti ini: “A House is Not A Home” Apa yang kita sebut sebagai “house” tidak sama dengan pengertian “home” dalam artian rumah sebagai ruang tempat paling nyaman. Makanya tidak heran kita seringkali melihat gedung tinggi yang berdiri dengan megah. Namun, di balik kemegahannya, tempat itu tak lebih dari sekadar gedung yang dingin, bahkan meski ada manusia yang menghuninya, ruang itu tidak terasa hidup. Gedung itu menjadi bangunan mati yang tidak memancarkan “jiwa” dari suasana di sekitarnya.
Dari mana “jiwa” dari sebuah tempat tinggal itu berasal? Tentu saja dari penghuni yang membuat tempat tinggal itu terasa semarak dan hangat. Karakter dari sebuah ruang itu adalah karakter manusianya itu sendiri. Suasana yang dihadirkan dan terpancar seperti kesan rumah yang hangat, nyaman, dan semarak itu juga lahir dari energi yang dihadirkan para manusia yang menghuni tempat tinggal tersebut. Sadar akan pentingnya memberi jiwa pada hunian, atau dengan kata lain, membuat sebuah hunian yang layak disebut sebagai “home”, Permata Hijau Suites memperkenalkan istilah “Smart Living for Smart People”.
Apa itu smart living? General Manager Marketing Permata Hijau Suites, Ivonne Suwandi, mencoba menjelaskan dengan meminjam sebuah penelitian yang menyebutkan sesuatu hal akan bereaksi dengan hal yang memancarkan frekuensi atau getaran yang sama. Jika kita kembali membuka halaman buku fisika di bangku sekolah menengah pertama, yaitu mengenai resonansi bunyi. Secara sederhana teori resonansi bunyi dalah peristiwa bergetarnya suatu benda karena adanya benda lain yang bergetar dan mempunyai frekuensi yang sama. Ketika satu sisi menciptakan sebuah frekuensi, dari sisi lainnya merespons dengan getaran frekuensi yang sama.
Teori resonansi itu pun bisa kita aplikasikan dalam melihat relasi antar manusia. Sederhananya adalah ketika seseorang berjumpa dengan orang yang satu frekuensi, mereka akan cocok, lantas memberikan resonansi sehingga terjadi keterkaitan satu dengan yang lainnya. Meminjam analogi resonansi itu, Ivonne percaya, mereka yang disebut sebagai smart people akan menarik sesamanya yaitu smart people lainnya, untuk hidup berkelompok sebagai makhluk sosial. Manusia tidak akan pernah mampu mengingkari kodratnya sebagai makhluk sosial. Sehingga, dalam hidup, jejaring dan status sosial yang ideal dapat membawa seseorang untuk melompat pada kualitas hidup yang lebih baik lagi. “Seseorang yang pintar minimal akan menarik orang yang sama pintar dengan dirinya, tentunya berteman dengan yang lebih pintar tentu lebih keren,” kata Ivonne Suwandi. Sudah barang tentu, standar tempat tinggal otomatis mengikuti gaya dan kebutuhan tiap kelompok sosialnya.
Kesadaran inilah yang membuat Permata Hijau Suites tidak sekadar membangun fisik sebuah ruang untuk memenuhi kebutuhan fungsional, namun juga telah berhasil merangkul komunitas young expat dan executive milenial sebagai komunitas smart people dalam memenuhi kebutuhan emosionalnya (emotional needs). Rumah yang hangat, biasanya terlahir dari orang-orang yang berprestasi. Kumpulan dari mereka yang punya frekuensi dan level intelektual yang sama dari sisi pengetahuan dan kehidupan atau status sosial akan mewarnai tempat tinggalnya sendiri.
Sehingga yang terasa kemudian adalah sebuah hunian yang semarak, hangat, berkarakter, dan mampu mencerminkan arti kata “The Next Level of Exclusiveness “ yang sebenarnya.
Di sisi lain, Permata Hijau Suites dengan bangga memperkenalkan profil tenan dari kalangan ekspatriat muda dan eksekutif milenial. Sebagian besar mereka adalah diaspora Indonesia atau profesional di bidangnya yang bekerja di sebelas negara penempatan (Thailand, Malaysia, Vietnam, Filipina, Jepang, Singapura, Cina, Jerman, Belanda, Dubai, Abu Dhabi) sebagai ekspatriat di negari orang. Sebagian dari diaspora Indonesia adalah para diplomat yang sedang bertugas di luar negeri. Sedangkan penghuni tenan dari golongan ekspatriat, saat berita ini diturunkan, berasal 9 negara yaitu Perancis, Australia, Inggris, Italia, Jepang, Spanyol, Serbia, Belanda, dan Jerman. (DP)