Kalau sebelumnya saya pernah menulis tentang hal penting yang harus dilakukan sebelum menikah, sekarang saya malah lagi banyak – banyaknya mikir ini dan itu sebelum benar – benar menikah. Karena menikah bukan sekedar bobok berdua, kan? Bukan juga sekedar milikin si dia selamanya. Tapi sebenarnya, menikah adalah menjalani hidup yang lebih terkonsep bersama pasangan yang kita pilih dan telah terikat janji untuk selalu bersuka cita dalam senang dan duka.
Nggak munafik, semakin ke sini ternyata pernikahan justru berubah makna menjadi ajang pamer riasan pengantin dan dekorasi tenda pelaminan. Apalagi semenjak banyak munculnya royal wedding di Indonesia, semakin banyak orang – orang yang lebih memikirkan acara resepsinya, bukan kehidupan setelahnya. Makanya, setelah saya bilang “I Do” saat Odi melamar saya di Bali tahun lalu, saya langsung menyusun beberapa hal yang harus saya pikirkan matang – matang sebelum nantinya benar – benar menjadi istri orang.
Baca: And I Said, I Do!
✅ Status Pekerjaan
Bukan matre, tapi nggak munafik. Zaman sekarang cari kerjaan kan susahnya minta ampun. Makanya selama menjalani hubungan sama Odi, saya sebenarnya nggak terlalu terburu – buru meminta diseriusin. Jarak usia kami yang berbeda 2 tahun membuat saya harus menerima Odi apa adanya, termasuk menunggu dia untuk dapat kerjaan setelah lulus kuliah. Alhamdulillah, sekarang Odi sudah berstatus karyawan tetap di salah satu perusahaan food & beverages di Jakarta sehingga saya semakin mantap untuk melanjutkan hubungan ke jenjang selanjutnya.
Buat saya pribadi, status pekerjaan diri sendiri dan calon pasangan itu menjadi faktor penting penentu keharmonisan rumah tangga. Karena hidup nggak bisa cuma ngandelin kata “I love you” kan? Kudu ada usahanya, pendapatan pasti setiap bulan dan jenjang karier untuk masa depan. Jadi saya saranin juga untuk teman – teman yang ingin segera menikah, mulai memikirkan soal status pekerjaan ini. Bukan berarti saya nggak menyarankan teman – teman untuk jadi freelancer, tapi jadi pekerja lepas pun harus punya cadangan uang untuk membackup kebutuhan sehari – hari, lho!
Baca: Tips Awal Menjadi Social Media Officer
✅ Hunian Sendiri
Yaudahlah tinggal di rumah orang tua aja enak, gratis pula.
Ada yang kepikiran kayak gini begitu pengen menikah? Nggak salah sih, tapi yang namanya keluarga nggak akan pernah nyaman kalau ngumpul jadi satu sama keluarga lainnya. Asli deh. Saya belajar banyak dari keluarga – keluarga di sekeliling saya yang ngumpul di rumah yang sama bareng sama ipar, mertua, sepupu dan lain – lainnya, dan mereka sering banget berantem. Sampai kadang saya bilang “amit – amit” sama diri sendiri, jangan sampai kejadian. Nggak kepengen kan lagi beda pendapat sama suami eh ada aja yang ngomporin terus jadi gede deh masalahnya.
Hal ini sudah jadi pembicaraan utama antara saya dan Odi. Kami sepakat setelah menikah langsung pindah dan nggak mau tinggal serumah sama keluarga lainnya. Mungkin nggak langsung pindah sih, tapi minimal sudah punya hunian dari sekarang supaya nggak ribet nantinya. Ngomongin soal hunian, kami berdua sepakat untuk memilih apartment sebagai hunian pertama milik kami berdua. Kenapa?
Fasilitas lengkap, lokasi strategis dan desain yang modern jadi alasan utama kenapa kami melirik hunian vertikal dibanding rumah tapak. Salah satu kawasan apartemen yang lagi kami incar adalah Permata Hijau Suites yang berlokasi nggak jauh dari Senayan. Berhubung sudah pernah mengunjungi show unitnya, saya juga tulis review dan alasan kenapa Permata Hijau Suites jadi hunian idaman buat kami berdua.
Baca: Permata Hijau Suites, Hunian Idaman Di Jantung Kota Jakarta
Selain itu, Permata Hijau Suites juga punya segudang promo yang bikin deg – deg ser. Bahkan tim marketingnya pun baik – baik semua. Seneng aja kemarin pas lagi nanya – nanya terus ditanggepin secara serius sama para tim marketingnya. Langsung berasa nyaman dan #NyataDekatnya gitu, karena suasana marketing office-nya aja berasa rumah sendiri. Coba cek aja websitenya Permata Hijau Suites atau cek Instagram, Twitter dan Facebooknya untuk ceki – ceki penawaran terbaik dari mereka.
*lalu membayangkan anak – anak kami nantinya main – main di kolam renang Permata Hijau Suites yang ada air terjunnya*
✅ Gaji Dipegang Siapa?
Sensitif ya topiknya? Tapi penting banget. Karena sejujurnya, laki – laki itu nggak bisa pegang uang. Mereka biasanya bisa irit tapi kalau lagi belanja nggak bisa nawar. Beda sama perempuan. Makanya pas mau nikah ini saya udah nanya ke Odi nanti gaji siapa yang pegang dan dia percayakan ke saya sepenuhnya. Bahkan sekarang aja ATM-nya sudah saya yang pegang hahaha.
Tapi kalau perempuannya merasa nggak bisa pegang uang, nggak ada salahnya juga sih suami yang mengatur semuanya. Asal sama – sama ikhlas dan nggak ngerasa terbebani aja yah.
✅ Istri Bekerja / Ibu Rumah Tangga
Perdebatan yang enggak akan pernah berakhir kalau ngomongin soal istri bekerja ataupun ibu rumah tangga. Dari awal, saya sudah bilang sama Odi kalau saya anaknya nggak bisa diam di rumah. Dulu pernah jadi pedagang online shop dan bosen karena kebanyakan kerja dari rumah jadi akhirnya balik lagi jadi anak kantoran. So pikirkan matang – matang hal ini untuk para perempuan ya. Kalau mau bekerja setelah menikah ya bagus, atau mau jadi full time wifey juga oke. Selama suami merestui mah semua beres lah!
Overall, hal – hal di atas yang jadi pikiran saya belakangan ini. Kenapa nggak ada ngomongin soal kendaraan? Karena saya dan Odi sudah keenakan pakai taksi online hahaha jadi nggak kepikiran untuk punya kendaraan sendiri dulu buat sementara waktu, kecuali motor yah.